Jumat, 19 Juni 2015

ARTIKEL PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK SAMPAI MASA REMAJA





PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK SAMPAI MASA REMAJA
A.   Perkembangan Masa Kanak-Kanak
Perkembangan anak cepat sekali sebelum mereka masuk sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar, yaitu antara umur 3-6 tahun. Dalam tahun-tahun ini, mereka mulai menggunakan keterampilan fisik untuk mencapai tujuan.
Setiap dalam aspek perkembangan yang akan kita bicarakan ini, harus diingat bahwa semua aspek perkembangan anak saling berhubungan. Walaupun perkembangan fisik, kognitif, dan sosial dapat dipisahkan, kenyataan dalam hidup mereka tidak hanya saling berhubungan, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat tumbuh berkembang.
1.    Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik anak ditandai dengan hilangnya ciri-ciri perut yang menonjol, seperti halnya kaki dan tubuh yang berkembang lebih cepat daripada kepala mereka. Masa ini anak-anak juga mengalami perkembangan yang menunjuk sebelah sisi tubuh, hal ini bisa dilihat ketika mereka menggunakan tangan yang satu lebih cepat dari yang lain
2.    Kemampuan Kognitif
Menurut Piaget ada beberapa tahapan perkembangan kognitif yang terjadi selama masa kanak-kanak sampai remaja, yaitu Sensori-motorik (0-2 tahun), Praoperasional (2-7 tahun), Operasional (7-11 tahun), Operasional Formal (11 thn-dewasa).

3.    Perkembangan Bahasa
Pada mulanya, anak hanya mengucapkan satu kata, misalnya pergi,naik,atau jalan. Setelah itu mereka mulai mengatur kata-kata dalam kalimat dengan menggunakan dua kata yang sederhana yang disebut telegraphic speech, seperti papa pergi, ingin minum. Tahap selanjutnya anak mulai belajar tata bahasa dan aturan-aturan dalam membuat kalimat yang lebih kompleks dan juga memakai nada suara tinggi rendah.


4.    Perkembangan Sosioemosional
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak tumbuh dari hubungan mereka yang erat dengan orang tua atau pengasuh-pengasuh lain, termasuk anggota keluarga. Interaksi sosial diperluas dari rumah ke tetangga, dan dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar.
5.    Perkembangan Moral
Belajar berperilaku merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting di masa kanak-kanak. Seperti kita ketahui, anak-anak berbeda dengan orang dewasa dalam hal perkembangan kognitif dan pribadi. Mereka juga berbeda dalam hal pertimbangan moral. Di sini ada dua orang tokoh yakni Piaget dan Kohlberg yang mengemukakan tentang teori perkembangan moral.
5.1 Teori Perkembangan Moral Piaget
Piaget menghabiskan waktu untuk memperhatikan anak-anak bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan. Dia merasa bahwa dengan mengerti bagaimana anak-anak memepertimbangkan tentang aturan, dia dapet mengerti perkembangan moral mereka.
Anak umur 6 sampai 10 tahun, Piaget menemukan bahwa anak-anak mulai mengetahui adanya aturan-aturan, walaupun mereka sering tidak konsisten dalam mengikuti aturan tersebut. Pada umur ini, anak juga tidak mengerti bahwa aturan dari satu permainan kadang-kadang bisa diubah. Walau demikian, mereka melihat aturan-aturan seperti dipaksakan oleh orang tua yang kedudukannya lebih tinggi dan tidak berubah. Masa ini tidak sampai umur 10 atau 12 tahun, dimana Piaget menemukan bahwa anak-anak secara sadar menggunakan dan mengikuti aturan.
5.2 Teori Perkembangan Moral Kohlberg
Teori perkembangan moral Kohlberg adalah suatu perbaikan dan perluasan dari teori Piaget dengan memberi tiga tingkatan perkembangan moral. Masing-masing ada dua tahap.
Pada tingkat pertama, yaitu moralitas prakonvensional yang mirip bentuk dan isi dari tahap heteronomous morality Piaget, perilaku anak tundu kendali orang tua atau eksternal.
Tingkat kedua disebut, moralitas konvensional. Pada tahap pertama tingkat ini, anak menyesuaikan dengan peraturan unik mendapatkan persetujuan orang lain dan mempertahankna hubungan dengan mereka. Pada tahap kedua tingkat ini, anak menyetujui bila kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok.
6.    Pengajaran Sebelum Sekolah Dan Di Taman Kanak-Kanak
6.1 Mendorong Perkembangan Kognitif Dan Bahasa
Di sini guru dapat mendorong anak-anak untuk melakukan kegiatan yang bersifat seni yang diperlukan untuk mengerti bahasa simbolik. Selain itu guru juga dapat mendorong keterlibatan anak-anak dengan membacakan suatu cerita atau hal-hal yang bersifat ilmiah.
6.2 Mendorong Perkembangan Sosioemosional
Guru memberikan berbagai macam bahan pelajaran berupa boneka,balok-balok,pensil berwarna,dan ruang bermain yang mendorong untuk bermain bersama.

7.    Pengajaran Di Sekolah Dasar
Anak-anak mempunyai keterampilan kognitif dan sosial yang dibutuhkan untuk belajar, tetapi mereka belum sampai pada “masa-masa krisis remaja”. Oleh karena itu, pengajaran masih harus tetap berdasarkan sifat-sifat atau ciri-ciri perkembangan pada masa umur sekolah dasar.
Terutama di kelas-kelas satu dan dua SD, anak-anak butuh untuk dapat menghubungkan konsep dan informasi bagi pengamatan mereka sendiri. Contoh, satu kilometer, tidak ada artinya bagi siswa dalam bentuk abstrak, tetapi mungkin dapat dihubungkan dengan jauhnya siswa berjalan ke sekolah. Kata demokrasi, mungkin kata ini kurang abstrak dan dapat dihubungkan dengan pemilihan ketua kelas atau hidup dalam masyarakat dengan aturan-aturan tertentu yang sudah di sepakati bersama.
Satu prinsip yang penting adalah bahwa sebagian besar anak-anak di SD masih dalam tahap perkembangan emosional konkret. Karena itu, mereka kurang mampu untuk berpikir abstrak seperti masa remaja.

B.   Perkembangan Masa Praremaja
1. Perkembangan Fisik
Selama di sekolah dasar, perkembangan fisik anak-anak tumbuh lebih lambat dibandingkan ketika mereka memasuki masa kanak-kanak. Anak-anak pada masa ini mengalami perubahan yang relatif sedikit.
2. Perkembangan Kognitif
Berpikir logis adalah sifat-sifat atau ciri-ciri pada masa ini. Anak-anak dapat membayangkan hasil ramalan secara tepat, meskipun dicoba oleh ahli-ahli psikologi perkembangan.
3. Perkembangan Sosioemosional
Selama masa ini, banyak orang-orang atau lembaga yang telah mempengaruhi sosial anak-anak. Di antara mereka adalah keluarga, teman sebaya, sekolah, maupun tayangan televisi. Pada masa ini hubungan antar teman menjadi sangat penting dalam membuat suatu kelompok atau sebuah persahabatan.
C.   Perkembangan Selama Masa Remaja
masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur kurang lebih antara 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang sangat cepat. Remaja akhir yang kira-kira berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun di tandai dengan transisi untuk mulai bertanggung jawab, membuat pilihan, dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa.
1.    Perkembangan Fisik
Pubertas adalah suatu rangkaian perubahan fisik yang membuat organisme secara matang mampu berproduksi. Hampir setiap organ dan sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan ini.
Walaupun urutan kejadian pada pubertas umumnya sama bagi setiap anak, waktu dan kecepatan tiap-tiap anak berbeda. Rata-rata anak perempuan mulai terjadi perubahan 1 sampai 2 tahun lebih awal dari pada anak laki-laki. Seperti pada permulaan kecepatan, perubahan juga bervariasi, beberapa anak pada 18 sampai 24 bulan dari permulaan sudah mengalami perubahan matang berproduksi, sedangkan yang lain mungkin memerlukan 6 tahun untuk berubah melalui tahap-tahap yang sama.
1.1  Reaksi Terhadap Pubertas
Satu dari tantangan yang paling penting untuk ramaja adalah menyesuaikan diri terhadap perubahan tubuhnya. Koordinasi dan aktivitas fisik harus disesuaikan cepat-cepat, seperti tinggi, berat, dan perubahan keterampilan. Tubuh baru harus diintegrasikan ke dalam kesan diri yang ada. Kebiasaan baru harus dipelajari dan di kembangkan.
Tujuan remaja adalah untuk dapat berproduksi. Jadi, remaja dihadapkan pada potensi-potensi baru yang meliputi minat terhadap seksual, fantasi erotik, dan eksperimen. Mastrubasi menjadi kegiatan tetap bagi sebagian besar remaja dan meningkatkannya persentase remaja untuk berhubungan seks. Kegiatan seksual mengharuskan remaja berhadapan dengan kemungkinan pemindahan penyakit, konflik dengan orang tua, dan kehamilan.
1.2  Kematangan Awal Dan Kematangan Terlambat
Ahli-ahli penelitian telah lama tertarik pada perbedaan antara anak yang masa pubertasnya lebih awal dan yang masuk lebih akhir. Pestein (1987) menunjukkan bahwa anak yang matang lebih awal mempunyai rasa cemas, lebih suka marah, sering konflik dengan orang tua, dan mempunyai harga diri yang lebih rendah daripada anak yang masuk pubertas lebih akhir.  Tetapi dengan berjalannya waktu, mereka yang matangnya lebih awal akan menyesuaikan diri terhadap perubahan lebih lama.
Kesimpulan yang jelas dapat digambarkan dari penelitian pubertas. Masa ini untuk sebagian besar pubertas relatif sulit ; apakah itu orang dewasa maupun kelompok remaja sendiri menyatakan bahwa remaja mudah untuk berhubungan dengan siapa saja.
2.    Perkembangan Kognitif
Selain perubahan tubuh pada pubertas, otak dan fungsi otak juga berubah. Indikasinya bisa dilihat dari skor tes intelegensi yang besar melebihi beberapa tahun dari umur yang seharusnya. Dalam teori Piagetian mereka menilai, pengalaman dengan masalah yang kompleks, tuntutan dari pengajaran formal, dan tukar menukar ide yang berlawanan dengan kelompok remaja.
2.1  Teori Piagetian
Dalam  teori perkembangan Kognitif Piaget, masa remaja adalah tahap transisi dari penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal secara operasional. Meraka berusaha dengan konsep-konsep yang jauh dari pengalaman mereka sendiri. Inhelder dan Piaget (1978) mengakui bahwa perubahan otak pada pubertas mungkin diperlukan untuk kemajuan kognitif remaja.
Walaupun berpikir secara konkret, anak juga merupakan kekuatan besar, tetapi tetap mempunyai batasan-batasan. Batasan ini sedikit, tetapi penting. Perkembangan berpikir secara operasional mengatasi kelemahan ini. Remaja yang mencapai tahap ini mencapai tingkat berpikir setingkat orang dewasa.
2.2  Sistem Kombinasi
Anak yang mempunyai pendekatan atau tipe berpikir secara konkret akan menyelesaikan tugasnya dengan mencoba setiap gelas yang berisi bahan kimia itu secara bergiliran. Namun, tak satu pun dari campuran cairan itu yang menghasilkan warna. Mereka mencoba mengombinasi 1 dan 2, 3 dan 4. Tidak satu pun campuran ini yang menghasilakan warna.
Remaja yang mempunyai tahap berpikir formal operasional cepat menyadari bahwa ada keterbatasan sejumlah kombinasi daripada harus mencoba semua, dan mereka harus menyimpan bekas serta apa yang telah mereka coba dan juga hasilnya. Dengan melakukan demikian, mereka dapat menggambarkan bahwa warna dapat dihasilkan dengan mengkombinasikan cairan dari gelas 1 dan 3 dan 1, 2 dan 3.

3.    Perkembangan Sosioemosional
 Satu dari ciri-ciri remaja adalah penampilan reflectivity atau kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang terjadi pada pikiran pada pikiran diri seseorang dan mempelajari dirinya sendiri. Remaja mulai melihat lebih dekat diri mereka sendiri untuk mendefinisikan bahwa diri mereka berbeda. Dengan dibolehkannya mereka menggunakan keterampilan intelektualnya dalam memutuskan kemungkinan-kemungkinan, remaja mudah menjadi tidak puas dengan diri mereka sendiri.
Remaja mungkin mempertimbangkan apakah orang lain melihat dan berpikir tentang dunia dengan cara yang sama seperti yang mereka lihat? Mereka menjadi lebih sadar akan keterpisahan mereka dari orang-orang lain dan keunikan mereka. Mereka belajar diam-diam bahwa orang lain tidak mengerti secara penuh apa yang mereka pikir dan rasakan.
Menurut Erikson, tahap selama remaja adalah berpusat pada siapa saya, dengan identitas apa sebetulnya saya, perubahan pubertas memerlukan remaja untuk mengubah konsep fisik mereka, menyesuaikan diri terhadap harapan-harapan teman dan keluarga serta membuat keputusan tentang peranan sekolah dan tingkah laku.
3.1  Identitas
Tugas psikososial remaja adalah menciptakan suatu perasaan yang Erikson sebut sebagai ego identity. Untuk mencapai ini biasanya tergantung pada beberapa aktivitas.
1)    Mereka menaruh perhatian besar pada cara orang lain memandang mereka
Remaja awal mempunyai antena yang sensitif, siap untuk menerima pesan yang lembut tentang diri mereka sendiri dari orang-orang lain. Mereka mendengarkan dengan hati-hati kelompok mereka, orang-orang tua, guru dan orang dewasa lain tentang suatu informasi yang menunjukkan bagaimana orang-orang itu memandang mereka.
2)    Mereka mencari sesuatu yang sudah berlalu
Remaja awal sering ingin tahu tentang asal usul mereka, siapa saja keluarga besar mereka, pengalaman-pengalaman mereka waktu kecil danmasa kanak-kanak. Mereka belajar tentang genetik, dan menaruh perhatian tentang asal usul, sifat-sifat, fisik dan psikologi mereka. mereka mengadaptasi sifat-sifat orang lain untuk melihat apakah mereka cocok dengan diri mereka sendiri. Mereka menerima dan cepat-cepat mengakui sifat-sifat teman kelompoknya, guru-gurunya dan orang lain.
3)    Mereka bertindak pada perasaan dan mengekspresikan kepercayaan serta pendapat mereka
Remaja menilai tinggi pada “kejujuran” dan bertingkah laku dengan cara-cara “benar untuk dirinya sendiri”. Beberapa remaja menjadi sulit jka mereka berpikir bahwa mereka tidak menyampaikan perasaan yang sebenarnya atau jika mereka tidak konsisten dengan tingkah laku mereka.  perlahan-perlahan, sebagian besar remaja menyadari bahwa perasaan, kepercayaan dan orang-orang dapat berubah, dan bahwa konsisten kurang penting daripada menyampaikan dirinya sendiri secara tepat dan apa adanya.

3.2  Otonomi
Perkembangan kepribadian lain yang penting pada masa remaja adalah tuntutan otonomi yang bertambah untuk menentukan dirinya sendiri. Kesadaran remaja untuk berkembang sama seperti orang dewasa berkembang, dan kemampuan mereka untuk menganalisis dan memperbaiki rencana mereka menjadi bertambah sulit jika mereka menerima pengarahan orang dewasa.
Orang tua yang berkerja dengan remaja kadang-kadang terlalu banyak memberikan nasihat yang sebetulnya tidak perlu, atau apa saja yang boleh dilakukan remaja. Sikap sensitif terhadap kebutuhan remaja dengan memberikan otonomi kepada mereka merupakan pengajaran yang berharga. Dengan mengharapkan remaja untuk perlahan-lahan mengambil tanggung jawab dan menerima konsekuensi dari pilihan mereka, sekolah dapat membantu mempersiapkan mereka untuk menjadi orang dewasa.


3.3  Penyesuaian Diri
Pada waktu yang sama ketika remaja sedang mencari otonomi dari orang tua mereka dan orang tua lain, mereka juga sedang mencari penyesuaian untuk dapat diterima oleh kelompok mereka. dan untuk bisa diterima, mereka mencontoh gaya bahasa, pakaian, dan tingkah laku kelompok. Mereka mungkin membentuk “peraturan-peraturan kelompok” yang melarang masuk siapa saja yang tidak memakai pakaian yang “benar”. Meskipun pembentukan kelompok merupakan suatu pernyataan emansipasi pernyataan emansipasi sosial, tidak terlepas dari adanya bahaya, sebab setiap pembentukan kelompok kecenderungan kohesi bertambah kuat.
Di sekolah, kelompok remaja sering menimbulkan kesukaran bila pemimpin nonformal dalam kelas bertentangan dengan pemimpin formal atau gurunya. Bila pelajaran yang diberikan guru tidak diminati sebagian besar siswa, maka situasi konflik sosial dengan mudah dapat terjadi. Biasanya ketua kelas diserahi tugas mengatur kepentingan kelasnya, karena dia punya peran sebagai pemimpin yang setengah formal dan setengah non formal.
3.4  Perkembangan Pribadi
Persahabatan, popularitas, konflik dengan kelompoknya, berkencan, dan hubungan seksual, semuamenghabiskan waktu dan energi remaja yang cukup besar. Kegiatan-kegiatan dan pendapat-pendapat kelompom cukup besar seperti ketika mereka dalam masa pubertas.
Keterampilan berhubungan dengan orang lain secara akrab, tidak mudah dipelajari. Kebutuhan akan keakraban dengan orang lain pertama-tama dirasakan oleh remaja ketika mereka kesepian. Kelompom pertama awal mecoba berkomunikasi akrab ialah dengan kelompok sejenis.
Untuk bisa berkomunikasi secara akrab diperlukan belajar bagaimana berbicara dari hati ke hati tentang perasaan dan pikiran dengan cara-cara yang dapat dimengerti oleh orang lain. Dalam menjalin keakraban, anak mencoba kesulitan mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam kata, dan bantuan satu sama lain sangat diperlukan. Bagaimana mereka saling mengekspresikan, dimengerti, menjelaskan arti dan implikasinya. Semua itu bertujuan untuk menciptakan saling pengertian, seperti remaja mencoba untuk mengembangkan identitas mereka sendiri.
3.5  Keintiman
Dalam pandangan Sullivan, tingkah laku manusia dibentuk oleh usaha kita untuk tetap menjalin hubungan dengan orang lain secara enak dan menyenangkan. Kita sering bertindak untuk menghindari kecemasan akan retaknya hubungan kita dengan orang lain. Hubungan manusia berkembang, seperti anak juga berkembang. Anak yang baru lahir berhubungan dengan ibunya, tetapi anak yang lebih tua mengembangkan hubungan dengan anggota keluarga lain. Karena hubungan makin luas, keterampilan sosial baru diperlukan dan anak-anak perlahan-lahan bergabung dengan masyarakat luas.
Keakraban atau keintiman (intimacy) dengan kelompok dari jenis kelamin lain lebih sulit. Karena faktanya, keakraban yang demikian sering melibatkan akan kebutuhan yang lain, yaitu kebutuhan akan seks. Remaja yang dapat mengatur hubungan keakraban dengan lawan jenis tanpa “kecelakaan”, yang dapat memisahkan antara persahabatan dan kepuasan seks, akan dapat mengembangkan perasaan berteman yang lebih baik.
3.6  Hubungan dengan Kelompok Teman Sebaya
Pendekatan Sullivan membantu kita mengerti secara perlahan-lahan perubahan interaksi dalam kelompok pada masa pubertas. “Gang” teman bermain mulai dipilih yang kira-kira cocok. Sedikit demi sedikit mulai membentuk sepasang-sepasang. Sebagian besar waktunya hanya untuk mengobrol, dan kegiatan menjadi kurang penting. Persahabatan mulai renggang, dan mulai di tes berulang-ulang. “Kita harus menjadi teman yang baik” untuk melindungi perasaan-perasaan yang paling dalam yang pernah disampaikan.
3.7  Berkencan
Remaja telah menghabiskan waktu untuk kegiatan sosial dan bersenang-senang dengan seorang lawan jenis. Pertama, keterlibatan mereka dengan kelompok jenis kelamin yang sama, kemudian dengan lawan jenis, tetapi kencan masih belum formal. Mereka lebih mementingkan bagaimana cara menyesuaikan diri antara laki-laki dan perempuan. Berkencan merupakan hal yang penting dalam proses pembentukan identitas, karena berkencan membiarkan remaja atau remaja mencoba berperan sebagai laki-laki dan perempuan. Reaksi dari lawan jenis memberikan informasi tentang bagaimana berperan sebagai laki-laki atau perempuan. Dalam teori Erikson, kencan adalah melangkah menuju tahap mencapai identitas.

4.    Pengajaran di sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas
4.1  Mendorong Perkembangan Kognitif
Perubahan kognitif remaja mempunyai implikasi penting bagi pengajaran dan kurikulum. Remaja awal mulai merasakan ketidak cocokan lagi dengan pikirannya yang konkret operasional, sehingga kadang-kadang mengalami frustasi dalam belajar. Mereka berjuang dalam tugas-tugasnya, tetapi dilihat sederhana oleh orang dewasa.
Seperti pada pubertas dengan perkembangan fisik yang terjadi pada siswa dengan perbedaan umur dan kecepatan, demikian juga perubahan intelektual remaja bervariasi pada setiap individu. Jika nilai pekerjaan siswa berdasarkan umur di campur dengan siswa yang berbeda dengan tingkat kematangan kognitif, maka guru dapat menampung siswa yang berbeda kemampuan, untuk menghindari hukumn siswa yang kurang matang.
4.2  Mendorong Perkembangan Sosioemosional
Implikasi dari pandangan Erikson pada remaja untuk pengajaran dan kurikulum adalah memperkaya dan merangsang otak. Guru yang siswa-siswanya remaja, pelaksanaannya dapat memperkaya dan memeriahkan pelajaran di kelas. Waktu yang paling baik bagi guru adalah memberikan informasi tentang jabatan kerja yang mungkin dapat dipilih dengan mendatangkan para narasumber.
Sifat-sifat remaja menggoda guru supaya tidak sabar dengan remaja yang “tidak konsisten”. Guru-guru mungkin juga begitu cepat dalam mengecap atau memberikan label pada siswa. Guru-guru terkadang menyampaikan cap tentang seorang siswa dengan guru lain. Guru yang menerima gambaran capdemikian, dinasihatkan untuk tidak tergesa-gesa menerima gambaran tersebut.
Sekolah yang baik memberikan banyak kesempatan bagi remaja untuk menyelidiki potensi-potensi yang ada pada mereka untuk perkembangan yang akan datang. Mata pelajaran yang mendorong mereka untuk meniti karier yang akan datang, masalah-masalah perdagangan, hubungan anatar orang dewasa, dan orang tua adalah bidang-bidang yang diminati remaja yang seolah-olah menggambarkan dirinya juga akan berkecimpung dalam bidang-bidang tersebut.
4.3  Mendorong Perkembangan Pribadi Dan Perkembangan Sosial
Guru-guru segera dapat melihat bagaimana prsahabatan di antara anak-anak awal remaja. Mereka menemukan catatan-catatan di antara anak-anak remaja yang berjuang untuk saling menarik perhatian dan mendengar gossip yang paling panas.
Guru yang baik mempunyai perasaan humor tentang hubungan di antara para remaja karena mereka ingat akan mereka sendiri. Mereka tahu bahwa keterampilan dalam bergaul diperlukan untuk hidup selanjutnya.
Sekolah, seperti keluarga, akan menghadapi tekanan kelompok remaja. Ini bukan mendorong guru untuk mencurigai seorang siswa yang kembali ke kelas dan menyembunyikan pikiran-pikiran baru karena takut dianggap lucu atau takut ditertawakan. Guru harus menggunakan kejadian ini untuk mendorong sesorang agar bertanggung jawab dan berbicara tentang toleransi.

5.    Masalah-Masalah Remaja
Remaja adalah masa ketika identitas dikembangkan lebih besar (Erikson, 1963). juga, 6 tahun kemudian ada beberapa yang menjadi anak nakal, yang lain menjadi siswa teladan, beberapa menjadi ahli matematika, ada yang pemain drama, dan yang lain lagi ahli mesin.
Hampir sebagian besar anak remaja mengalami suatu konflik emosi (Blos, 1989).untuk sebagian besar remaja, kekacauan emosi dapat ditangani dengan sukses, tetapi untuk beberapa remaja lari padaobat bius atau bunuh diri.
5.1  kenakalan remaja
Satu dari masalah yang paling serius dari remaja adalah remaja nakal atau delinquent, dan kebanyakan laki-laki. Remaja nakal biasanya berprestasi rendah. Biasanya mereka di dukung oleh kelompoknya. Sebab-sebab terjadinya anak nakal atau juvenile delinquency pada umumnya adalah sebab yang kompleks, yang berarti suatu sebab dapat menimbulkan sebab yang lain. Sedangkan para ahli sosiologi berpendapat bahwa kenakalan remaja adalah suatu penyesuain diri, yaitu respons yang dipelajari terhadap situasi lingkungan yang tidak cocok atau lingkungan yang memusuhinya.
5.2  Gangguan Emosi
Gannguan emosi yang serius sering timbul pada anak-anak remaja. Mereka mengalami depresi, kecemasan yang berlebihan tentang keseshatan sampai pikiran bunuh diri atau mencoba bunuh diri (Mosterson, 1987).
Pendidik-pendidik di sekolah menengah dan sekolah menengah atas harus sensitif terhadap fakta bahwa anak-anak remaja yang sedang mengalami masa-masa sulit dan gangguan emosional merupakan hal yang umum.
5.3  Penyalahgunaan Obat Bius dan Alkohol
Penyalahgunaan obat bius dan alcohol bertambah secara dramatis akhir-akhir tahun ini. Beberapa dari siswa-siswa SMA, terutama di kota-kota besar, menggunakan mariyuana dan minuman minuman keras (bahkan sudah merambat ke desa-desa). Obat bius juga disebut sebagai drugs.
Gejala siswa yang menggunakan narkoba antara lain : badan tidak terurus dan semakin lemah, tidak suka makan, matanya sayu dan merah, pembohong, malas, daya tangkap otaknya lemah, mudah tersinggung dan mudah marah.
Banyak remaja yang memakai narkoba karena mula-mula iseng, ingin tahu, atau sekedar ikut-ikutan teman. Ada juga remaja yang menggunakan narkoba karena didorong oleh nafsu mendapatkan status sosial yang tinggi, ingin pengakuan atas egonya, serta untuk menjaga gengsi. Beberapa kelompok anak remaja lain menggunakan narkoba karena ingin lari dari kesulitan hidup dan konflik-konflik batin.
Usaha sekolah atau guru untuk menolong remaja yang terlibat dalam narkoba ini adalah mula-mula mencari sumber penyebab remaja menggunakan narkoba, sehingga guru dapat menanggulangi dari sumber tersebut. Usaha lain adalah melakukan tindakan preventif yang lebih praktis dan segera dapat dilakukan.
5.4  Kehamilan
Kehamilan dan melahirkan anak bertambah di antara beberapa kelompok gadis remaja, terutama pada masyarakat yang kurang mampu. Jika laki-laki remaja sering bertingkah laku sebagai anak nakal untuk mencoba membuktikan kemandirian mereka dari control orang dewasa, demikian juga bagi gadis remaja.  Semenjak melahirkan anak, gadis remaja menjadi sulit untuk melanjutkan sekolah atau mencari pekerjaan. Oleh karena itu, peranan sekolah dalam membantu gadis yang mengalami “kecelakaan” sangat dibutuhkan. Sebaiknya,  sekolah tidak mengeluarkan remaja yang hamil di luar nikah. Biarlah mereka tetap diperbolehkan meneruskan sekolah mereka sampai lulus sehingga memudahkan dia mencari pekerjaan.



Daftar Pustaka
·        Djiwandono Wuryani Esti, Sri 2015 Psikologi Pendidikan Jakarta : Grasindo



#PembelajaranPKN #PakDirgantaraWicaksono, M.Pd  


1 komentar:

  1. Hard Rock Hotel and Casino Pittsburgh - Dr. MD
    Find rooms 순천 출장샵 from $60 to $69 정읍 출장마사지 a night at the Hard Rock 성남 출장샵 Hotel and Casino Pittsburgh. 문경 출장마사지 Compare room types 제천 출장안마 and prices from 45 providers and see 14 photos of Hard Rock Hotel

    BalasHapus