PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK SAMPAI MASA
REMAJA
A. Perkembangan Masa
Kanak-Kanak
Perkembangan anak
cepat sekali sebelum mereka masuk sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar,
yaitu antara umur 3-6 tahun. Dalam tahun-tahun ini, mereka mulai menggunakan
keterampilan fisik untuk mencapai tujuan.
Setiap dalam aspek
perkembangan yang akan kita bicarakan ini, harus diingat bahwa semua aspek
perkembangan anak saling berhubungan. Walaupun perkembangan fisik, kognitif,
dan sosial dapat dipisahkan, kenyataan dalam hidup mereka tidak hanya saling
berhubungan, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat tumbuh berkembang.
1.
Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik anak ditandai dengan hilangnya ciri-ciri perut yang
menonjol, seperti halnya kaki dan tubuh yang berkembang lebih cepat daripada
kepala mereka. Masa ini anak-anak juga mengalami perkembangan yang menunjuk
sebelah sisi tubuh, hal ini bisa dilihat ketika mereka menggunakan tangan yang
satu lebih cepat dari yang lain
2. Kemampuan Kognitif
Menurut Piaget ada beberapa tahapan perkembangan
kognitif yang terjadi selama masa kanak-kanak sampai remaja, yaitu
Sensori-motorik (0-2 tahun), Praoperasional (2-7 tahun), Operasional (7-11
tahun), Operasional Formal (11 thn-dewasa).
3. Perkembangan Bahasa
Pada mulanya, anak hanya mengucapkan satu kata, misalnya pergi,naik,atau
jalan. Setelah itu mereka mulai mengatur kata-kata dalam kalimat dengan
menggunakan dua kata yang sederhana yang disebut telegraphic speech, seperti
papa pergi, ingin minum. Tahap selanjutnya anak mulai belajar tata bahasa dan
aturan-aturan dalam membuat kalimat yang lebih kompleks dan juga memakai nada
suara tinggi rendah.
4. Perkembangan Sosioemosional
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak tumbuh dari hubungan mereka yang
erat dengan orang tua atau pengasuh-pengasuh lain, termasuk anggota keluarga.
Interaksi sosial diperluas dari rumah ke tetangga, dan dari taman kanak-kanak
ke sekolah dasar.
5. Perkembangan Moral
Belajar berperilaku merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting di
masa kanak-kanak. Seperti kita ketahui, anak-anak berbeda dengan orang dewasa
dalam hal perkembangan kognitif dan pribadi. Mereka juga berbeda dalam hal
pertimbangan moral. Di sini ada dua orang tokoh yakni Piaget dan Kohlberg yang
mengemukakan tentang teori perkembangan moral.
5.1 Teori Perkembangan Moral Piaget
Piaget
menghabiskan waktu untuk memperhatikan anak-anak bermain kelereng dan
menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan. Dia merasa bahwa dengan
mengerti bagaimana anak-anak memepertimbangkan tentang aturan, dia dapet
mengerti perkembangan moral mereka.
Anak umur 6
sampai 10 tahun, Piaget menemukan bahwa anak-anak mulai mengetahui adanya
aturan-aturan, walaupun mereka sering tidak konsisten dalam mengikuti aturan
tersebut. Pada umur ini, anak juga tidak mengerti bahwa aturan dari satu
permainan kadang-kadang bisa diubah. Walau demikian, mereka melihat
aturan-aturan seperti dipaksakan oleh orang tua yang kedudukannya lebih tinggi
dan tidak berubah. Masa ini tidak sampai umur 10 atau 12 tahun, dimana Piaget
menemukan bahwa anak-anak secara sadar menggunakan dan mengikuti aturan.
5.2 Teori Perkembangan Moral Kohlberg
Teori
perkembangan moral Kohlberg adalah suatu perbaikan dan perluasan dari teori
Piaget dengan memberi tiga tingkatan perkembangan moral. Masing-masing ada dua
tahap.
Pada tingkat
pertama, yaitu moralitas prakonvensional yang mirip bentuk dan isi dari
tahap heteronomous morality Piaget, perilaku anak tundu kendali orang
tua atau eksternal.
Tingkat kedua
disebut, moralitas konvensional. Pada tahap pertama tingkat ini, anak
menyesuaikan dengan peraturan unik mendapatkan persetujuan orang lain dan
mempertahankna hubungan dengan mereka. Pada tahap kedua tingkat ini, anak
menyetujui bila kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi seluruh
anggota kelompok.
6. Pengajaran Sebelum Sekolah Dan Di Taman Kanak-Kanak
6.1 Mendorong Perkembangan Kognitif Dan Bahasa
Di sini guru dapat mendorong anak-anak untuk melakukan kegiatan yang
bersifat seni yang diperlukan untuk mengerti bahasa simbolik. Selain itu guru
juga dapat mendorong keterlibatan anak-anak dengan membacakan suatu cerita atau
hal-hal yang bersifat ilmiah.
6.2 Mendorong Perkembangan Sosioemosional
Guru memberikan berbagai macam
bahan pelajaran berupa boneka,balok-balok,pensil berwarna,dan ruang bermain
yang mendorong untuk bermain bersama.
7. Pengajaran Di Sekolah Dasar
Anak-anak mempunyai keterampilan kognitif
dan sosial yang dibutuhkan untuk belajar, tetapi mereka belum sampai pada
“masa-masa krisis remaja”. Oleh karena itu, pengajaran masih harus tetap
berdasarkan sifat-sifat atau ciri-ciri perkembangan pada masa umur sekolah
dasar.
Terutama di kelas-kelas satu dan dua SD,
anak-anak butuh untuk dapat menghubungkan konsep dan informasi bagi pengamatan
mereka sendiri. Contoh, satu kilometer, tidak ada artinya bagi siswa dalam
bentuk abstrak, tetapi mungkin dapat dihubungkan dengan jauhnya siswa berjalan
ke sekolah. Kata demokrasi, mungkin kata ini kurang abstrak dan dapat
dihubungkan dengan pemilihan ketua kelas atau hidup dalam masyarakat dengan
aturan-aturan tertentu yang sudah di sepakati bersama.
Satu prinsip yang penting adalah bahwa sebagian besar
anak-anak di SD masih dalam tahap perkembangan emosional konkret. Karena itu,
mereka kurang mampu untuk berpikir abstrak seperti masa remaja.
B. Perkembangan Masa Praremaja
1. Perkembangan
Fisik
Selama di sekolah dasar,
perkembangan fisik anak-anak tumbuh lebih lambat dibandingkan ketika mereka
memasuki masa kanak-kanak. Anak-anak
pada masa ini mengalami perubahan yang relatif sedikit.
2. Perkembangan Kognitif
Berpikir logis adalah sifat-sifat atau ciri-ciri pada masa ini. Anak-anak
dapat membayangkan hasil ramalan secara tepat, meskipun dicoba oleh ahli-ahli
psikologi perkembangan.
3. Perkembangan Sosioemosional
Selama masa ini, banyak orang-orang atau lembaga yang telah mempengaruhi
sosial anak-anak. Di antara mereka adalah keluarga, teman sebaya, sekolah,
maupun tayangan televisi. Pada masa ini hubungan antar teman menjadi sangat
penting dalam membuat suatu kelompok atau sebuah persahabatan.
C.
Perkembangan
Selama Masa Remaja
masa perkembangan remaja
dimulai dengan masa puber, yaitu umur kurang lebih antara 12-14 tahun. Masa
puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan
intelektual berkembang sangat cepat. Remaja akhir yang kira-kira berumur 18 tahun
sampai umur 20 tahun di tandai dengan transisi untuk mulai bertanggung jawab,
membuat pilihan, dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa.
1. Perkembangan Fisik
Pubertas adalah suatu rangkaian perubahan fisik yang membuat organisme
secara matang mampu berproduksi. Hampir setiap organ dan sistem tubuh
dipengaruhi oleh perubahan ini.
Walaupun urutan kejadian pada pubertas
umumnya sama bagi setiap anak, waktu dan kecepatan tiap-tiap anak berbeda.
Rata-rata anak perempuan mulai terjadi perubahan 1 sampai 2 tahun lebih awal
dari pada anak laki-laki. Seperti pada permulaan kecepatan, perubahan juga
bervariasi, beberapa anak pada 18 sampai 24 bulan dari permulaan sudah
mengalami perubahan matang berproduksi, sedangkan yang lain mungkin memerlukan
6 tahun untuk berubah melalui tahap-tahap yang sama.
1.1 Reaksi Terhadap Pubertas
Satu dari
tantangan yang paling penting untuk ramaja adalah menyesuaikan diri terhadap
perubahan tubuhnya. Koordinasi dan aktivitas fisik harus disesuaikan
cepat-cepat, seperti tinggi, berat, dan perubahan keterampilan. Tubuh baru
harus diintegrasikan ke dalam kesan diri yang ada. Kebiasaan baru harus
dipelajari dan di kembangkan.
Tujuan remaja
adalah untuk dapat berproduksi. Jadi, remaja dihadapkan pada potensi-potensi
baru yang meliputi minat terhadap seksual, fantasi erotik, dan eksperimen.
Mastrubasi menjadi kegiatan tetap bagi sebagian besar remaja dan
meningkatkannya persentase remaja untuk berhubungan seks. Kegiatan seksual
mengharuskan remaja berhadapan dengan kemungkinan pemindahan penyakit, konflik
dengan orang tua, dan kehamilan.
1.2 Kematangan Awal Dan Kematangan Terlambat
Ahli-ahli
penelitian telah lama tertarik pada perbedaan antara anak yang masa pubertasnya
lebih awal dan yang masuk lebih akhir. Pestein (1987) menunjukkan bahwa anak
yang matang lebih awal mempunyai rasa cemas, lebih suka marah, sering konflik
dengan orang tua, dan mempunyai harga diri yang lebih rendah daripada anak yang
masuk pubertas lebih akhir. Tetapi
dengan berjalannya waktu, mereka yang matangnya lebih awal akan menyesuaikan
diri terhadap perubahan lebih lama.
Kesimpulan yang
jelas dapat digambarkan dari penelitian pubertas. Masa ini untuk sebagian besar
pubertas relatif sulit ; apakah itu orang dewasa maupun kelompok remaja sendiri
menyatakan bahwa remaja mudah untuk berhubungan dengan siapa saja.
2. Perkembangan Kognitif
Selain perubahan tubuh pada pubertas, otak dan fungsi otak juga berubah.
Indikasinya bisa dilihat dari skor tes intelegensi yang besar melebihi beberapa
tahun dari umur yang seharusnya. Dalam teori Piagetian mereka menilai,
pengalaman dengan masalah yang kompleks, tuntutan dari pengajaran formal, dan
tukar menukar ide yang berlawanan dengan kelompok remaja.
2.1 Teori Piagetian
Dalam teori perkembangan Kognitif Piaget, masa
remaja adalah tahap transisi dari penggunaan berpikir konkret secara
operasional ke berpikir formal secara operasional. Meraka berusaha dengan
konsep-konsep yang jauh dari pengalaman mereka sendiri. Inhelder dan Piaget
(1978) mengakui bahwa perubahan otak pada pubertas mungkin diperlukan untuk
kemajuan kognitif remaja.
Walaupun berpikir
secara konkret, anak juga merupakan kekuatan besar, tetapi tetap mempunyai
batasan-batasan. Batasan ini sedikit, tetapi penting. Perkembangan berpikir
secara operasional mengatasi kelemahan ini. Remaja yang mencapai tahap ini
mencapai tingkat berpikir setingkat orang dewasa.
2.2 Sistem Kombinasi
Anak yang
mempunyai pendekatan atau tipe berpikir secara konkret akan menyelesaikan
tugasnya dengan mencoba setiap gelas yang berisi bahan kimia itu secara
bergiliran. Namun, tak satu pun dari campuran cairan itu yang menghasilkan
warna. Mereka mencoba mengombinasi 1 dan 2, 3 dan 4. Tidak satu pun campuran
ini yang menghasilakan warna.
Remaja yang
mempunyai tahap berpikir formal operasional cepat menyadari bahwa ada
keterbatasan sejumlah kombinasi daripada harus mencoba semua, dan mereka harus
menyimpan bekas serta apa yang telah mereka coba dan juga hasilnya. Dengan
melakukan demikian, mereka dapat menggambarkan bahwa warna dapat dihasilkan
dengan mengkombinasikan cairan dari gelas 1 dan 3 dan 1, 2 dan 3.
3. Perkembangan Sosioemosional
Satu dari
ciri-ciri remaja adalah penampilan reflectivity atau kecenderungan untuk
berpikir tentang apa yang terjadi pada pikiran pada pikiran diri seseorang dan
mempelajari dirinya sendiri. Remaja mulai melihat lebih dekat diri mereka
sendiri untuk mendefinisikan bahwa diri mereka berbeda. Dengan dibolehkannya
mereka menggunakan keterampilan intelektualnya dalam memutuskan
kemungkinan-kemungkinan, remaja mudah menjadi tidak puas dengan diri mereka
sendiri.
Remaja mungkin mempertimbangkan apakah
orang lain melihat dan berpikir tentang dunia dengan cara yang sama seperti
yang mereka lihat? Mereka menjadi lebih sadar akan keterpisahan mereka dari
orang-orang lain dan keunikan mereka. Mereka belajar diam-diam bahwa orang lain
tidak mengerti secara penuh apa yang mereka pikir dan rasakan.
Menurut Erikson, tahap selama remaja adalah
berpusat pada siapa saya, dengan identitas apa sebetulnya saya, perubahan
pubertas memerlukan remaja untuk mengubah konsep fisik mereka, menyesuaikan
diri terhadap harapan-harapan teman dan keluarga serta membuat keputusan
tentang peranan sekolah dan tingkah laku.
3.1 Identitas
Tugas psikososial
remaja adalah menciptakan suatu perasaan yang Erikson sebut sebagai ego
identity. Untuk mencapai ini biasanya tergantung pada beberapa aktivitas.
1) Mereka menaruh perhatian besar pada cara orang lain memandang mereka
Remaja awal mempunyai antena yang sensitif, siap untuk
menerima pesan yang lembut tentang diri mereka sendiri dari orang-orang lain.
Mereka mendengarkan dengan hati-hati kelompok mereka, orang-orang tua, guru dan
orang dewasa lain tentang suatu informasi yang menunjukkan bagaimana
orang-orang itu memandang mereka.
2) Mereka mencari sesuatu yang sudah berlalu
Remaja awal sering ingin tahu tentang asal usul
mereka, siapa saja keluarga besar mereka, pengalaman-pengalaman mereka waktu
kecil danmasa kanak-kanak. Mereka belajar tentang genetik, dan menaruh
perhatian tentang asal usul, sifat-sifat, fisik dan psikologi mereka. mereka
mengadaptasi sifat-sifat orang lain untuk melihat apakah mereka cocok dengan
diri mereka sendiri. Mereka menerima dan cepat-cepat mengakui sifat-sifat teman
kelompoknya, guru-gurunya dan orang lain.
3) Mereka bertindak pada perasaan dan mengekspresikan kepercayaan serta
pendapat mereka
Remaja menilai tinggi pada “kejujuran” dan bertingkah
laku dengan cara-cara “benar untuk dirinya sendiri”. Beberapa remaja menjadi
sulit jka mereka berpikir bahwa mereka tidak menyampaikan perasaan yang
sebenarnya atau jika mereka tidak konsisten dengan tingkah laku mereka. perlahan-perlahan, sebagian besar remaja
menyadari bahwa perasaan, kepercayaan dan orang-orang dapat berubah, dan bahwa
konsisten kurang penting daripada menyampaikan dirinya sendiri secara tepat dan
apa adanya.
3.2 Otonomi
Perkembangan
kepribadian lain yang penting pada masa remaja adalah tuntutan otonomi yang
bertambah untuk menentukan dirinya sendiri. Kesadaran remaja untuk berkembang
sama seperti orang dewasa berkembang, dan kemampuan mereka untuk menganalisis
dan memperbaiki rencana mereka menjadi bertambah sulit jika mereka menerima
pengarahan orang dewasa.
Orang tua yang
berkerja dengan remaja kadang-kadang terlalu banyak memberikan nasihat yang
sebetulnya tidak perlu, atau apa saja yang boleh dilakukan remaja. Sikap
sensitif terhadap kebutuhan remaja dengan memberikan otonomi kepada mereka
merupakan pengajaran yang berharga. Dengan mengharapkan remaja untuk
perlahan-lahan mengambil tanggung jawab dan menerima konsekuensi dari pilihan
mereka, sekolah dapat membantu mempersiapkan mereka untuk menjadi orang dewasa.
3.3 Penyesuaian Diri
Pada waktu yang
sama ketika remaja sedang mencari otonomi dari orang tua mereka dan orang tua
lain, mereka juga sedang mencari penyesuaian untuk dapat diterima oleh kelompok
mereka. dan untuk bisa diterima, mereka mencontoh gaya bahasa, pakaian, dan
tingkah laku kelompok. Mereka mungkin membentuk “peraturan-peraturan kelompok”
yang melarang masuk siapa saja yang tidak memakai pakaian yang “benar”. Meskipun
pembentukan kelompok merupakan suatu pernyataan emansipasi pernyataan
emansipasi sosial, tidak terlepas dari adanya bahaya, sebab setiap pembentukan
kelompok kecenderungan kohesi bertambah kuat.
Di sekolah,
kelompok remaja sering menimbulkan kesukaran bila pemimpin nonformal dalam
kelas bertentangan dengan pemimpin formal atau gurunya. Bila pelajaran yang
diberikan guru tidak diminati sebagian besar siswa, maka situasi konflik sosial
dengan mudah dapat terjadi. Biasanya ketua kelas diserahi tugas mengatur kepentingan
kelasnya, karena dia punya peran sebagai pemimpin yang setengah formal dan
setengah non formal.
3.4 Perkembangan Pribadi
Persahabatan,
popularitas, konflik dengan kelompoknya, berkencan, dan hubungan seksual,
semuamenghabiskan waktu dan energi remaja yang cukup besar. Kegiatan-kegiatan
dan pendapat-pendapat kelompom cukup besar seperti ketika mereka dalam masa
pubertas.
Keterampilan
berhubungan dengan orang lain secara akrab, tidak mudah dipelajari. Kebutuhan
akan keakraban dengan orang lain pertama-tama dirasakan oleh remaja ketika
mereka kesepian. Kelompom pertama awal mecoba berkomunikasi akrab ialah dengan
kelompok sejenis.
Untuk bisa
berkomunikasi secara akrab diperlukan belajar bagaimana berbicara dari hati ke
hati tentang perasaan dan pikiran dengan cara-cara yang dapat dimengerti oleh
orang lain. Dalam menjalin keakraban, anak mencoba kesulitan mengekspresikan
pikiran dan perasaan ke dalam kata, dan bantuan satu sama lain sangat
diperlukan. Bagaimana mereka saling mengekspresikan, dimengerti, menjelaskan
arti dan implikasinya. Semua itu bertujuan untuk menciptakan saling pengertian,
seperti remaja mencoba untuk mengembangkan identitas mereka sendiri.
3.5
Keintiman
Dalam pandangan Sullivan, tingkah laku manusia dibentuk oleh usaha kita
untuk tetap menjalin hubungan dengan orang lain secara enak dan menyenangkan.
Kita sering bertindak untuk menghindari kecemasan akan retaknya hubungan kita
dengan orang lain. Hubungan manusia berkembang, seperti anak juga berkembang.
Anak yang baru lahir berhubungan dengan ibunya, tetapi anak yang lebih tua
mengembangkan hubungan dengan anggota keluarga lain. Karena hubungan makin
luas, keterampilan sosial baru diperlukan dan anak-anak perlahan-lahan
bergabung dengan masyarakat luas.
Keakraban atau keintiman (intimacy) dengan kelompok dari jenis
kelamin lain lebih sulit. Karena faktanya, keakraban yang demikian sering
melibatkan akan kebutuhan yang lain, yaitu kebutuhan akan seks. Remaja yang
dapat mengatur hubungan keakraban dengan lawan jenis tanpa “kecelakaan”, yang
dapat memisahkan antara persahabatan dan kepuasan seks, akan dapat
mengembangkan perasaan berteman yang lebih baik.
3.6
Hubungan dengan Kelompok Teman Sebaya
Pendekatan Sullivan membantu kita mengerti secara perlahan-lahan perubahan
interaksi dalam kelompok pada masa pubertas. “Gang” teman bermain mulai dipilih
yang kira-kira cocok. Sedikit demi sedikit mulai membentuk sepasang-sepasang.
Sebagian besar waktunya hanya untuk mengobrol, dan kegiatan menjadi kurang
penting. Persahabatan mulai renggang, dan mulai di tes berulang-ulang. “Kita
harus menjadi teman yang baik” untuk melindungi perasaan-perasaan yang paling
dalam yang pernah disampaikan.
3.7
Berkencan
Remaja telah menghabiskan waktu untuk kegiatan sosial dan bersenang-senang
dengan seorang lawan jenis. Pertama, keterlibatan mereka dengan kelompok jenis
kelamin yang sama, kemudian dengan lawan jenis, tetapi kencan masih belum
formal. Mereka lebih mementingkan bagaimana cara menyesuaikan diri antara
laki-laki dan perempuan. Berkencan merupakan hal yang penting dalam proses
pembentukan identitas, karena berkencan membiarkan remaja atau remaja mencoba
berperan sebagai laki-laki dan perempuan. Reaksi dari lawan jenis memberikan
informasi tentang bagaimana berperan sebagai laki-laki atau perempuan. Dalam
teori Erikson, kencan adalah melangkah menuju tahap mencapai identitas.
4.
Pengajaran di sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas
4.1
Mendorong Perkembangan Kognitif
Perubahan kognitif remaja mempunyai implikasi penting bagi pengajaran dan
kurikulum. Remaja awal mulai merasakan ketidak cocokan lagi dengan pikirannya
yang konkret operasional, sehingga kadang-kadang mengalami frustasi dalam
belajar. Mereka berjuang dalam tugas-tugasnya, tetapi dilihat sederhana oleh
orang dewasa.
Seperti pada pubertas dengan perkembangan fisik yang terjadi pada siswa
dengan perbedaan umur dan kecepatan, demikian juga perubahan intelektual remaja
bervariasi pada setiap individu. Jika nilai pekerjaan siswa berdasarkan umur di
campur dengan siswa yang berbeda dengan tingkat kematangan kognitif, maka guru
dapat menampung siswa yang berbeda kemampuan, untuk menghindari hukumn siswa
yang kurang matang.
4.2
Mendorong Perkembangan Sosioemosional
Implikasi dari pandangan Erikson pada remaja untuk pengajaran dan kurikulum
adalah memperkaya dan merangsang otak. Guru yang siswa-siswanya remaja,
pelaksanaannya dapat memperkaya dan memeriahkan pelajaran di kelas. Waktu yang
paling baik bagi guru adalah memberikan informasi tentang jabatan kerja yang
mungkin dapat dipilih dengan mendatangkan para narasumber.
Sifat-sifat remaja menggoda guru supaya tidak sabar dengan remaja yang
“tidak konsisten”. Guru-guru mungkin juga begitu cepat dalam mengecap atau
memberikan label pada siswa. Guru-guru terkadang menyampaikan cap tentang
seorang siswa dengan guru lain. Guru yang menerima gambaran capdemikian,
dinasihatkan untuk tidak tergesa-gesa menerima gambaran tersebut.
Sekolah yang baik memberikan banyak kesempatan bagi remaja untuk
menyelidiki potensi-potensi yang ada pada mereka untuk perkembangan yang akan
datang. Mata pelajaran yang mendorong mereka untuk meniti karier yang akan
datang, masalah-masalah perdagangan, hubungan anatar orang dewasa, dan orang
tua adalah bidang-bidang yang diminati remaja yang seolah-olah menggambarkan
dirinya juga akan berkecimpung dalam bidang-bidang tersebut.
4.3
Mendorong Perkembangan Pribadi Dan Perkembangan Sosial
Guru-guru segera dapat melihat bagaimana prsahabatan di antara anak-anak
awal remaja. Mereka menemukan catatan-catatan di antara anak-anak remaja yang
berjuang untuk saling menarik perhatian dan mendengar gossip yang paling panas.
Guru yang baik mempunyai perasaan humor tentang hubungan di antara para
remaja karena mereka ingat akan mereka sendiri. Mereka tahu bahwa keterampilan
dalam bergaul diperlukan untuk hidup selanjutnya.
Sekolah, seperti keluarga, akan menghadapi tekanan kelompok remaja. Ini
bukan mendorong guru untuk mencurigai seorang siswa yang kembali ke kelas dan
menyembunyikan pikiran-pikiran baru karena takut dianggap lucu atau takut
ditertawakan. Guru harus menggunakan kejadian ini untuk mendorong sesorang agar
bertanggung jawab dan berbicara tentang toleransi.
5.
Masalah-Masalah Remaja
Remaja adalah masa ketika identitas dikembangkan lebih besar (Erikson,
1963). juga, 6 tahun kemudian ada beberapa yang menjadi anak nakal, yang lain
menjadi siswa teladan, beberapa menjadi ahli matematika, ada yang pemain drama,
dan yang lain lagi ahli mesin.
Hampir sebagian besar anak remaja mengalami suatu konflik emosi (Blos,
1989).untuk sebagian besar remaja, kekacauan emosi dapat ditangani dengan
sukses, tetapi untuk beberapa remaja lari padaobat bius atau bunuh diri.
5.1
kenakalan remaja
Satu dari masalah yang paling serius dari remaja adalah remaja nakal atau delinquent,
dan kebanyakan laki-laki. Remaja nakal biasanya berprestasi rendah.
Biasanya mereka di dukung oleh kelompoknya. Sebab-sebab terjadinya anak nakal
atau juvenile delinquency pada umumnya adalah sebab yang kompleks, yang
berarti suatu sebab dapat menimbulkan sebab yang lain. Sedangkan para ahli
sosiologi berpendapat bahwa kenakalan remaja adalah suatu penyesuain diri,
yaitu respons yang dipelajari terhadap situasi lingkungan yang tidak cocok atau
lingkungan yang memusuhinya.
5.2
Gangguan Emosi
Gannguan emosi yang serius sering timbul pada anak-anak remaja. Mereka
mengalami depresi, kecemasan yang berlebihan tentang keseshatan sampai pikiran
bunuh diri atau mencoba bunuh diri (Mosterson, 1987).
Pendidik-pendidik di sekolah menengah dan sekolah menengah atas harus
sensitif terhadap fakta bahwa anak-anak remaja yang sedang mengalami masa-masa
sulit dan gangguan emosional merupakan hal yang umum.
5.3
Penyalahgunaan Obat Bius dan Alkohol
Penyalahgunaan obat bius dan alcohol bertambah secara dramatis akhir-akhir
tahun ini. Beberapa dari siswa-siswa SMA, terutama di kota-kota besar,
menggunakan mariyuana dan minuman minuman keras (bahkan sudah merambat ke
desa-desa). Obat bius juga disebut sebagai drugs.
Gejala siswa yang menggunakan narkoba antara lain : badan tidak terurus dan
semakin lemah, tidak suka makan, matanya sayu dan merah, pembohong, malas, daya
tangkap otaknya lemah, mudah tersinggung dan mudah marah.
Banyak remaja yang memakai narkoba karena mula-mula iseng, ingin tahu, atau
sekedar ikut-ikutan teman. Ada juga remaja yang menggunakan narkoba karena
didorong oleh nafsu mendapatkan status sosial yang tinggi, ingin pengakuan atas
egonya, serta untuk menjaga gengsi. Beberapa kelompok anak remaja lain
menggunakan narkoba karena ingin lari dari kesulitan hidup dan konflik-konflik
batin.
Usaha sekolah atau guru untuk menolong remaja yang terlibat dalam narkoba
ini adalah mula-mula mencari sumber penyebab remaja menggunakan narkoba,
sehingga guru dapat menanggulangi dari sumber tersebut. Usaha lain adalah
melakukan tindakan preventif yang lebih praktis dan segera dapat dilakukan.
5.4
Kehamilan
Kehamilan dan melahirkan anak bertambah di antara beberapa kelompok gadis
remaja, terutama pada masyarakat yang kurang mampu. Jika laki-laki remaja
sering bertingkah laku sebagai anak nakal untuk mencoba membuktikan kemandirian
mereka dari control orang dewasa, demikian juga bagi gadis remaja. Semenjak melahirkan anak, gadis remaja menjadi
sulit untuk melanjutkan sekolah atau mencari pekerjaan. Oleh karena itu,
peranan sekolah dalam membantu gadis yang mengalami “kecelakaan” sangat
dibutuhkan. Sebaiknya, sekolah tidak
mengeluarkan remaja yang hamil di luar nikah. Biarlah mereka tetap diperbolehkan
meneruskan sekolah mereka sampai lulus sehingga memudahkan dia mencari
pekerjaan.
Daftar Pustaka
·
Djiwandono Wuryani Esti, Sri 2015 Psikologi Pendidikan Jakarta :
Grasindo
#PembelajaranPKN #PakDirgantaraWicaksono, M.Pd
Hard Rock Hotel and Casino Pittsburgh - Dr. MD
BalasHapusFind rooms 순천 출장샵 from $60 to $69 정읍 출장마사지 a night at the Hard Rock 성남 출장샵 Hotel and Casino Pittsburgh. 문경 출장마사지 Compare room types 제천 출장안마 and prices from 45 providers and see 14 photos of Hard Rock Hotel