PEMBELAJARAN OBSERVASIONAL
Pembelajaran observasional juga dinamakan
imitasi atau modelling- adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang
mengamati dan meniru perilaku orang lain. Dalam beberapa kasus, pembelajaran
observasional membutuhkan lebih sedikit waktu ketimbang pengkondisian operan.
Studi Boneka Bobo Klasik
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan oleh
Bandura- mengilustrasikan bagaimana pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan
mengamati model yag bukan sebagai penguat atau penghukum. Sejumlah anak secara
acak ditugaskan untuk mengamati tiga buah film, di mana film tersebut
menampilkan seorang model yang sedang memukuli boneka plastik seukuran orang
dewasa.
- film pertama : penyerangnya diberi permen, minuman ringan, dan dipuji karena melakukan tindakan agresif
- film kedua : si penyerang ditegur dan ditampar karena bertindak agresif
- film ketiga : tidak ada konsekuensi atas tindakan si penyerang boneka
kemudian, anak-anak dibiarkan sendiri di dalam
sebuah ruangan. Anak-anak tersebut dibiarkan bersama mainan-mainan termasuk
boneka bobo tadi. Apapun perilaku anak-anak tersebut diamati melalui cermin
satu arah.
Dari percobaan tersebut, kita mendapatkan
kondisi dimana anak yang menonton film dimana perilaku penyerang diperkuat atau
tidak dihukum apapun- lebih sering meniru tindakan model ketimbang anak yang
menyaksikan penyerang dihukum. Bandura meyakini bahwa ketika anak mengamati
perilaku tetapi tidak memberikan respons yang dapat diamati, anak itu mungkin
masih mendapatkan respons model dalam bentuk kognitif.
Model pembelajaran Observasional Kontemporer
Bandura
menurut Bandura, ada proses spesifik yang
terlibat dalam pembelajaran observasional, yakni:
1. Atensi (perhatian)
sebelum murid dapat meniru tindakan model,
mereka harus memperhatikan apa yang dilakukan atau dikatakan si model. misalkan
seorang anak yang terganggu oleh dua murid lainnya yang sedang bicara mungkin
tak mendengar apa yang dikatakan guru. Perhatian/Atensi pada model dipengaruhi
oleh sejumlah karakteristik, misalnya orang yang hangat, kuat dan ramah akan
lebih diperhatikan ketimbang orang yang dingin, lemah dan kaku. Anak/murid
lebih memperhatikan model yang berstatus tinggi daripada yang berstatus rendah,
dalam hal ini guru dianggap murid sebagai sosok yang berstatus tinggi
2. Retensi
untuk menghasilkan tindakan model, murid harus
memberikan kode informasi dan menyimpannya dalam ingatan (memori). Misalkan
seorang guru menyuruh muridnya untuk menghargai perasaan orang lain, cara yang
juga paling diingat oleh murid sebaiknya adalah ketika guru memberikan sebuah
video yang menarik yang juga mencakup bagaimana seseorang bisa menghargai
perasaan orang lain. Retensi akan semakin meningkat ketika guru memberikan
contoh yang hidup dan jelas kepada muridnya saat memberikan penjelasan akan
sesuatu.
3. Produksi
Seorang murid memang menyaksikan apa yang
mereka lihat dari model (guru) dan juga mengingat, tetapi murid juga mempunyai
keterbatasan untuk memproduksi perilaku mereka. Berlajar, berlatih, dan
berusaha dapat membantu murid untuk meningkatkan kinerja motor mereka.
4. Motivasi
Murid memang sudah menyaksikan, mengingat
(menyimpan) dalam memori, dan memiliki kemampuan untuk meniru tindakan model,
tetapi murid tidak termotivasi untuk melakukannya. Hal ini tampak ketika anak
yang melihat model dihukum tidak meniru tindakan agresif si model. Tetapi,
setelah mereka diberi penguat (insentif) seperti stiker atau jus buah, mereka
melakukan apa yang dilakukan model.
Bandura meyakini bahwa penguatan tidak selalu
dibutuhkan agar pembelajaran observasional terjadi. Namun ketika anak tidak
meniru perilaku yang diinginkan, maka ada tiga hal yang bisa menolong:
- memberi imbalan pada model
- memberi imbalan pada anak
- memerintahkan anak untuk membuat pernyataan untuk memperkuat diri, seperti "Berhasil, saya telah melakukan tugas saya dengan tepat dan jelas", dsb.
#PembelajaranPKN #PakDirgantaraWicaksono, M.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar